Asal Usul dan Silsilah Aji Pati Pangeran Agung

Wednesday, June 7, 2017

Lokasi Bukit Besar Mandiangin Dalam Sumber Peta dan Arsip

Dalam penelusuran situs bangunan peninggalan Hindia Belanda di wilayah Taman Hutan Raya Sultan Adam Mandiangin, hal utama yang perlu diteliti adalah keberadaan lokasi. Secara luas, konsep ruang dan merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu peristiwa dan perubahannya dalam kehidupan manusia sebagai subyek atau pelaku sejarah. Segala aktivitas manusia pasti berlangsung bersa-maan dengan tempat dan kejadian. Manusia selama hidupnya tidak bisa dilepaskan dari unsur tempat dan karena perjalanan manusia sama dengan perjalanan itu sendiri pada tempat dimana manusia hidup (beraktivitas).
Kemudian, secara sempit, ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu. Ruang merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa-peristiwa sejarah dalam perjalanan waktu. Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari ruang waktu terjadinya peristiwa tersebut. Jika waktu menitik-beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang menitik-beratkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.
Lokasi situs bangunan peninggalan Hindia Belanda yang menjadi objek penelitian adalah di Bukit Besar, Desa Mandiangin Timur, Kecama-tan Karang Intan, Kabupaten Banjar. Pertanyaan utama, dimana lokasi Bukit Besar dalam catatan Sejarah di Kalimantan bagian selatan? Catatan awal tentang lokasi Bukit Besar atau Boekit Besaar tercatat Peta Wilayah Kerajaan Banjar Tahun 1826-1860, dalam arsip terbitan Arsip Nasional RI, halaman lampiran, yang dirangkum dalam Surat-Surat Perdjandjian Anta-ra Kesultanan Bandjarmasin Dengan Pemerintahan V.O.C., Bataafse Republik, Inggris dan Hindia-Belanda 1635-1860, terbitan 1965. Kemudian peta yang sama juga terdapat dalam peta The Kingdom of Banjarmasin in 1857, dalam artikel M. Idwar Saleh, “Agrarian Radicalism and Move-ments of Native Insurrection in South Kalimantan (1858-1865)”, pada Jurnal Archipel, Perancis, volume 9, tahun 1975, halaman 135-153. Dalam peta tersebut dapat diketahui bahwa Bukit Besar dinamakan dengan Goenong Besaar (tertulis G. Besaar) yang berada di lokasi antara Gunung Pamaton dan Gunung Trabulan.
Dalam peta ini, belum dituliskan adanya wilayah Mandiangin, karena umumnya yang diberi keterangan hanya nama-nama kota, bukan nama kampung. Nama kota yang terdekat dengan lokasi Bukit/Goenong Besaar adalah Karang Intan. Kemudian tidak terdapat keterangan tentang lokasi bangunan-bangunan tertentu di wilayah Kerajaan Banjar dalam peta ini. Dengan demikian, diperkirakan pada tahun 1860-an belum ada bangunan di wilayah Bukit/Goenong Besaar baik berupa benteng atau bangunan lainnya. 
Lokasi Kampong Mandiangin baru tercatat pada sumber lainnya Peta Banjermasing/Martapoera en een gedeelte der Lawutlanden door Salomon Müller, Karya S. Müller, tahun 1845, skala 1:700.000 dengan ukuran asli 35 x 30 cm. Sayangnya, Kampong (Kampung) mandiangin yang dimaksud berjauhan letaknya dengan Bukit Besar di peta tersebut. Hal ini mengindikasikan memang terdapat perubahan lokasi Mandi Angin pada tahun 1845 dibandingkan dengan sekarang. Sama seperti sumber sebelumnya mengenai ciri atau tanda bangunan benteng atau bangunan lainnya di Bukit Besar maupun di Kampung Mandiangin tidak terdapat simbol apa pun dalam peta.
 Pembanding lainnya adalah pernyataan dalam Surat Surat Perjan-jian Kerajaan Banjar dengan Pemerintah Hindia Belanda yang ditanda-tangani tahun 1856. Dalam perjanjian tersebut dituliskan: …”seperti di bagian pertama yang menguraikan bahwa batas batas Tambang Batubara Banju Irang bagian sebelah timur adalah mulai dari Kampung Mataram sampai ke Gunung Panli yang terdapat pada sebelah kiri Sungai Riam Kanan yakni Sungai Karangintan ke puncak Gunung Jabuk sampai puncak Bukit Besar….”.
Dari kutipan dapat diinterpretasi bahwa Bukit Besar merupakan batas sebelah timur dari Tambang Batubara Banyu Irang yang diberikan konsesinya kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk ditam-bang tahun 1856. Dalam perjanjian tersebut tidak menuliskan tentang wilayah Mandiangin maupun fasilitas benteng atau bangunan lainnya yang dibangun di Bukit Besar. Dengan demikian mengindikasikan bahwa belum ada bangunan apa pun di wilayah ini pada tahun 1856.
Sumber lain yang lebih rinci menyebutkan tentang lokasi Bukit Besar adalah Peta Overzichtskaart van een gedeelte der afdeeling Marta-poera/opgenomen door den mijningenieur J.A. Hooze, karya J.A. Hooze, diterbitkan di Amsterdam oleh Stemler Czn, Tahun 1893, Skala 1:150.000 dan ukuran asli 66 x 54 cm. Dalam peta tersebut menuliskan ketinggian Bukit Besar adalah 471,08 meter dari permukaan laut. Lokasi ini bersebelahan dengan Gunung Pamaton dan Pandamaran. Sayangnya, tidak tergambar dimana lokasi Kampung Mandiangin.
Informasi lainnya yang didapatkan pada peta tersebut terdapat adalah adanya lokasi Sungai Mandiangin. Lokasinya memang tidak jauh dari Bukit Besar. Gunung Mandiangin dan Bukit Besar masih dalam rangkaian Pegunungan Babaris (Bobaris Gebergte). Hal ini sesuai dengan paparan Posewitz yang menuliskan bahwa Gunong Bobaris, terdiri dari serangkaian pegunungan dan puncak gunung, terhampar hampir dalam bentuk garis lurus. Puncaknya adalah Pempuron I., Pempuron II., Tiwaan, Bukit Melatti, Plawangan, Batarah Bulu, Bukit Besardan Pamaton.
 Sebagai lokasi perbandingan dapat dilihat pada Peta Martapoera, vluchtig opgenomen door den Topografischen Dienst in 1924-1925, yang diproduksi Topografische Dienst, Weltevreden (Batavia). Peta yang diterbitkan di Weltevreden (Batavia) ini direpro (reproductiebedrijf) oleh Topografische Dienst, tahun 1926, dengan skala (schaal) 1:100.000 dan ukuran aslinya 37 x 37 cm, 1 blad. Dalam peta tersebut memberikan informasi yang baru karena terdapat dua lokasi yang berbeda, yakni Gunung Mandiangin dengan ketinggian 338 meter dari permukaan laut dan Bukit Besar yang memiliki ketinggian 464 meter dari permukaan laut. Jadi, pada peta ini Bukit Besar tidak berada di wilayah Mandiangin. 
Berdasarkan sumber tersebut, walaupun pada dasarnya bervariasi, dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan dan perbedaan antara lokasi Kampung Mandiangin (Kampong Mnadi Angin) pada tahun 1845 dan tahun 1924/1925 dengan sekarang. Lokasi Mandiangin di Bukit besar baru muncul pada masa awal kemerdekaan melalui Undang-undang No. 27 Tahun 1959 dimana posisi wilayah Mandiangin dan Bukit Besar tidak jauh berbeda seperti sekarang. Walaupun terjadi perubahan dan tidak sinkronnya sumber peta, dari pembahasan ini pada dasarnya kesimpu-lannya sama dengan kesimpulan awal bahwa lokasi situs bangunan peninggalan Hindia Belanda adalah di Bukit Besar, Desa Mandiangin Timur, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar.

1 comment: